Senin, 05 September 2011

Menjelang Pilgub, Golkar Babel Retak


PANGKALPINANG – Memang genderang ‘perang’ dalam pemilihan gubenur (pilgub) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) belum berkumandang. Akan tetapi wacana bakal calon (balon) yang akan bermunculan sudah mulai beredar di masyarakat. Salah satunya adalah kembali akan majunya Gubenur Babel, Ir H Eko Maulana Ali Msc sebagai incumbent. Sayangnya, menjelang pilgub, justru ada keretakan di tubuh Partai Golkar Babel.
Pemicunya, karena terjadinya resufle pada pengurus harian Pimpinan Daerah tingkat satu (DPD I) Partai Golkar Babel. Di mana pergeseran kepengurusan tadi, mendapat tanggapan dan respon negatif dari kalangan pengurus harian dan kader muda partai Golkar. Maklum, resufle kali ini pergesaran terjadi di posisi jabatan stategis, seperti sekretaris, wakil Ketua Organisasi, Keanggotaan, Kaderisasi dan badan pemenangan pemilu (bapilu).
Kabarnya, sekretaris diisi oleh Drs M Subri, sebelumnya menjabat wakil ketua bidang informasi komunikasi dan pembentukan opini. Kemudian, nama Mugni, mantan ketua DPD II Partai Golkar Bangka Tengah (Bateng), menempati posisi antara Wakil Ketua organisasi atau wakil Ketua Kaderisasi dan Keanggotaan. Sementara nama kader partai dari Pengurusan Kecamatan (PK), M Samuel Widono menempati wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu).
Sedangkan posisi yang ditinggalkan Subri sendiri diisi oleh mantan Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Babel, Ir Tedy Marbinanda, posisi Tedy yang sebelumnya wakil Ketua Bidang Pertambangan, diisi oleh Ir H Zulkarnain Syamsudin, di mana sebelumnya di sekretaris. Sayangnya, sampai berita ini diturunkan baik Subri maupun Zulkarnain Syamsudin tidak berhasil dihubungi. Subri sendiri tidak mengangkat telpon genggamnya, yang dihubungi wartawan realita beberapa kali. Sehingga tidak dapat diketahui pasti surat keputusan (SK) dari DPP tadi menggeser pengurus harian secara pasti.
Walau pun begitu, langkah resufle tadi, sudah ditanggapi dingin oleh kader – kader partai Golkar, khususnya kader muda mereka. Karena menurut mereka tiga nama tadi tidak merepresentasikan terjadikan kaderisasi dan penyehatan terharat kinerja organisasi. Salah satu pengurus DPD I Partai Golkar, di jejaring sosial, mengupdate kritikannya terhadap resufle tadi. “Merapatkan Barisan Demi Marwah dan Soliditas Partai Golkar Babel” begitulah judul uptade statusnya pada Sabtu (3/9) malam. “Kaum Muda Partai Golkar perlu menympaikan catatan sikap mereka tentang pandangan politik organisasi partai golkar Babel dan sikap keberatan yang kuat terhadap saudara SBR untuk menduduki jabatan sekretaris DPD  Partai Golkar Babel para resufle kepengurusan partai Golkar Babel priode 2009-2014,” begitulah kutipan dalam status dengan aku Peng Pengky tersebut.
Bahkan tadi malam, dengan judul “Demi Kejayaan Partai Golkar Babel”, akun yang sama menyampaikan bahwa dalam hasil rapat Sabtu malam. Telah ada satu pemahaman dan sikap pandang bahwa terdapat keputusan yang bersifat taktis dan teknis. Di mana kabarnya penolakan terhadap resufle kepengurusan tersebut, lantaran masih banyak kader – kader muda partai golkar yang pantas menduduki tiga jabatan tadi. Kabarnya, mereka menyebut – nyebut nama Tedy Marbinanda, Siswanto alias Yung – Yung, Sudirman Norman dan beberapa nama kader muda potensial Golkar Babel lainnya.
Salah seorang pengurus angkatan muda partai golkar (AMPG) DPD I Partai Golkar, ketika dihubungi wartawan realitan bahkan sempat tidak membenarkan hal itu. Menurutnya, seharusnya ada mekanisme partai yang dilalui dalam rangka melakukan resufle kepengurusan. Karena menurutnya, belum ada rapat pleno di tingkat DPD I Partai Golkar mengenai hal itu. “Ah, masa sih, orang rapat plenonya aja belum ada, kan harus ada rapat pleno dulu, sudah ada belum rapat plenonya?,” tanya kader tadi.
Beda halnya dengan koordinator Provinsi (Koorprov) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, untuk Babel, Ir H Dipa Malik. Dirinya kepada wartawan realita ketika dikonfirmasi via handpone, mengatakan kalau sebenarnya hal yang biasa dalam organisasi bila terjadi rotasi kepengurusan. “Itu hal lumrah dalam berorganisasi. Misalnya kalian wartawan realita yang tadinya di kriminal kemudian dirotasi menjadi wartawan politik, itu biasa kan dan untuk penyegaran kan?,” papar Dipa.
Sehingga, menurutnya, dalam resufle partai Golkar Babel pun, maka hal itu menjadi biasa. Karena dalam berorganisasi maka menjadi wajar bila penyegaran terjadi, di mana ada perubahan – perubahan kepengurusan partai. Karena sebagai fungsionaris maka mereka adalah kader partai golkar, di mana kader partai harus royal dan militan terhadap keputusan partai Golkar. “Ini penyegaran, tidak ada yang lebih istimewa dari itu, mereka masih tetap kader partai dan fungsionaris, justru inilah ujian bagi royalitas kader, karea ada yang dari nol sehingga regenerasi terjadi ditubuh organisasi,” papar Dipa.
Hanya saja, Dipa sendiri tidak membenarkan kalau memang SK tadi sudah keluar dari DPP. Karena menurutnya, dia sendiri karena kesibukan menjelang dan sesudah lebaran sehingga tidak memonitor SK tersebut. Akan tetapi, menurutnya jika Subri sendiri sudah berani mempublikasikan namanya sebagai sekretaris DPD I Partai Golkar di salah satu media harian terbitan 29 Agustus 2011. Maka hal itu bisa diyakininya benar. “Biasa kan Ahok atau Eko keduanya sama – sama partai Golkar, siapa yang dipilih kader harus royal. Begitu juga Subri, kalau sudah berani publikasi pasti SK nya ada, tapi saya sendiri belum memonitor,” jawab pengurus DPP Partai Golkar itu.(rn5)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar